Golkar diambang kehancuran. Hari ini saja pengurus-pengurus teras yang telah berjibaku bersama Golkar selama belasan tahun dipecat dari partai yang telah mereka besarkan.
Perpecahan Golkar kelihatannya murni akibat dari faktor ambisiusnya Abu Rizal Bakrie untuk menjadi ketua umum Golkar. Ya, itu tidak salah. Tapi ada tukang kompor dari luar partai Golkar yang punya kepentingan begitu besar agar ARB menjadi ketua umum supaya Golkar hancur di pileg 2019.
Golkar ternyata tidak bisa belajar dari perpecahan PPP yang diakibatkan oleh ambisi Prabowo dan Anis Matta yang ingin melanggengkan koalisi permanen sampai tahun 2019.
Kedua partai yang paling punya kepentingan untuk melanggengkan KOALISI PERMANEN adalah Gerindra dan PKS karena 2 partai ini memang dari awal sudah menjadi musuh bebuyutan PDIP krn faktor permusuhan idelogis dan historis.
Ada rasa ketakutan begitu besar PKS dan Gerindra jika Golkar tidak lagi solid berada di KOALISI MERAH PUTIH. Agenda-agenda busuk yang sudah dirancang untuk menang di semua pilkada membuat ARB tergiur. Tapi pertaruhannya adalah KEHANCURAN GOLKAR.
Itulah kenapa Fadli Zon (GERINDRA) dan Fahri Hamzah (PKS) begitu vokal ketika MenkoPolhukam mengeluarkan statemen yang tidak REKOMENDASIKAN MUNAS DI BALI.
Coba anda simak baik-baik keganjilan-keganjilan sejak Golkar berada di koalisi permanen, terutama setelah pilpres usai:
1. Pemecatan beberapa tokoh muda Golkar dari fraksi di DPR spt Indra Piliang, Nusron Wahid merupakan intervensi yang sangat melumpuhkan regenerasi kepemimpinan di tubuh Golkar.
Akibatnya, tersisa tokoh2 tua dan tokoh2 yang justru menjadi kartu mati di Golkar.
2. Setya Novanto yang sudah dibidik KPK ditunjuk sebagai ketua DPR hasil kesepakatan koalisi di KMP.
Seperti kita tahu, kasus-kasus hukum yang menyangkut Setya Novanto sudah banyak terekspos media. Bukan akhir-akhir ini saja. Tapi dua dari zaman Orde Baru, politikus ini sudah dikaitkan dengan LC fiktif Bank Bali.
Jika Setya Novanto nantinya jadi tersangka korupsi di KPK, alhasil, nama baik GOLKAR HANCUR LAGI.
3. Penunjukan Nurhin Halid sebagai Steering Commitee di munas Golkar yang sangat berpihak kepada ARB pastilah sudah dpt persetujuan dari tim koalisi KMP.
Ingat ! Setiap ada hal-hal penting yang menyangkut suatu partai di KMP, partai-partai lain di KMP juga harus diajak musyawarah.
Seperti kita tahu, Nurhin Halid adalah mantan terpidana kasus korupsi dan juga mantan ketua umum PSSI yang GAGAL TOTAL membawa pesepakbolaan tanah air menjadi timnas yang ditakuti.
Ada andil NH terhadap kehancuran sepakbola tanah air saat ini karena sisa-sisa dari sekutu NH masih bercokol di internal PSSI.
Gerindra dan PKS sadar bahwa orang macam Setya Novanto dan Nurhin Halid akan terus disorot media dan akan terus memperbincangkan kasus-kasus yang berkaitan dengan kedua tokoh ini. Maka dari itu, stigma-stigma buruk yg menempel di dua orang tersebut berimbas secara langsung kepada citra Golkar.
Keterpilihan ARB menjadi ketua umum juga merupakan sinyal kemenangan PKS dan Gerindra di pileg 2019. Golkar semakin membonsai, peluang menjadi partai gurem terbuka lebar.
Perpecahan yg menimpa Golkar saat ini memungkinkan Golkar menjadi partai papan tengah di pemilu 2019. Artinya, suara Golkar akan dicuri oleh partai-partai lain.
Apa yang dialami oleh Demokrat di pileg tahun ini sangat mungkin terjadi pada Golkar, bahkan lebih parah lagi. Sebabnya karena di Demokrat walaupun didera banyak kasus, figur SBY masih sangat kuat.
Tapi untuk Golkar, seperti kita tahu ARB adalah kartu mati. Jadi capres dia GAGAL, jadi cawapres pun TIDAK LAKU. Koalisi Permanen hny akal-akalan Partai Gerindra dan PKS utk memperalat partai-partai teman di KMP utk jangka panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar